Sabtu, 12 April 2014

Jika "Kau" Bertanya, "Cinta" Kujawab "Iya"



Otak dan dadaku terbakar karena cinta
Api ini akan terus berasap
Mengeluarkan ratapan dari dalam jiwaku.
Melalui api ini, setiap waktu akan membara
membakar seratus halaman hatiku yg durjana.
Dan kubiarkan kau mendaki
seribu derajat kebaikan bersamaku
di atas jalan serta dalam hasratmu.

Jika saja bukan karena cintamu,
Apa yang dapat dilakukan oleh manusia yang hina ini
dengan cintamu...
Kerinduanku bersemayam di dalam ketulusan
Dan aku mencari di dalam dirimu
Ada telaga yang menyejukkan

Begitu jelas
Yang kau dengar dan katakakan tentang Cinta,
Adalah keberuntungan yang tak ternilai
Tetapi,
inti dari Cinta
bukanlah untung atau rugi
Bukan pula nasib baik atau buruk
Inti cinta adalah rahasia
Rahasia dibalik rahasia
Dan cinta adalah rahasia yang tak terungkapkan.

Hari demi hari aku terbang bersamamu
Satu detik, menit, jam
Hingga waktu berlalu...
Hanya dirimu yang mengisi diriku
Menyatu...
Dalam kaki-kaki rindu
Melangkah tegar dalam dahaga
Mencari jawab dalam teka-teki hatimu

Sesungguhnya,
ingin selalu kulukiskan
keindahanmu dalam tata bahasa yang ada,
Namun jutaan kata telah habis dan lenyap
Tak mampu menampung
menggambar seluruh cahaya mu nan indah
memancar ke segala arah
memenuhi jagad langit dan bumi

Seperti sore ini...
Bersama angin yang menyapa
Rinduku memberontak dalam diam
Anganku mengembara mencari sukmamu
Kusimpan kasih-Mu dalam dada.
Ingin kuciumi harum tubuhmu
Kubasuh kulitmu yang halus
Tapi rindumu tidak ada
Segera saja bagai duri bakarlah aku.
diam tenang bagai badan tak berdaya

Kini aku begitu gelisah
Dirundung sunyi bersayap duka
bunga kamboja terlempar ke wajahku
Kuratapi hati yang begitu pahit
Kau yang telah menutup rapat bibirku,
Menikam jantungku
Tapi, kau menarikku ke dekat mu.
Apakah maksudmu?
Mana kutahu?

Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam derita ini.
Kukunyah, kumamah dan kutelan
manahan kepedihan mengenangmu,
Bagai ular sanca yang makan dalam diam
Geram mulutku membisu
Meskipun aku tinggal bersembunyi dan tidak bicara lagi,
Kembali ke hadirat kasih abadi
Di pangkuan sang Maha Penyayang
aku jelas dan nyata.
Balutan kafan hangatkan senyumku

Aku menanti dalam kesetiaan
tanda musim semi, entah kapan tiba.
Hingga tanpa nafasmu, aku dapat bernafas wangi,
Dan tanpa dirimu, aku dapat membelai hatimu
Hati ini begitu terasing
Memahami mutiara-mutiara dalam dirimu
Meski menyayat jiwa, Biarlah...
Kesucian hati ini terwujud dalam kerendahan hatiku
Agar sampai dalam jawaban
"Iya" dalam pertanyaan
Adakah kau mencintaiku?

(Kutuliskan syair ini kala waktu menjelang petang, Jakarta, Senin, 31 Maret 2014, Terima kasih ku sampaikan padamu duhai kekasih)

0 komentar:

Posting Komentar