Sabtu, 12 April 2014

Titik Terberat

Aku berada di titik terberat
Naluri buruk menjadi momok dalam langkahku
Titik yang sebenarnya tidak berwarna
Bukan hitam atau apapun
Melibatkan cinta dan nafsu durjana
Cinta yang lama kurasa, mencekik dan menikam
Nafsuku menggebu seperti pedang bermata dua
Tegakku bukan kokoh
Karena rayap-rayap membuatku rapuh
Hampir saja roboh dan tak berbekas
Sebenarnya aku pernah sadar
Tapi sayang...
Kesadaranku, tidak pernah berdasar
Kala itu, aku berceloteh nakal
"Hai sayang, ... Aku bersumpah, akan setia padamu"
Tapi disaat berlalu, aku begitu menderita
Pahit, getir sekaligus ngilu
Silih berganti tiada bosannya
Benarkah ini proses hidup?
Proses memilih atau memilih Proses
Terpilih atau tidak
Nyatanya, cinta dan nafsu harus dipilih
Ingin sekali, aku melongok ke luar jendela
Sekedar membalut ego dan asaku
Melihat berbagai keindahan yang tak mudah kulukiskan
Indah aku kata cantik
Cantik aku bilang Molek
Ah... begitu sempurna mereka
Aduhai jelita, kemarilah dan cumbu aku
Tidak lama sayang...
Hanya sebentar saja dan sekali jumpa
Barangkali denganmu gejolakku terobati
Boleh saja kau katakan "ini salah"
Bagiku, pertahanan tidak membutuhkan salah dan benar
Melainkan proses hidup untuk hidup
Terlepas dari jeli atau tidak
Hidup memerlukan derita dan bahagia
Dan itu kutemukan di dalam dirimu
Tentang aku, cinta dan nafsuku
Bagian terberat dan menjadi titik terberatku

Penoreh: Bank Wimbo (Titik Terberat, Jakarta, Minggu, 16 Feb, 2014)

0 komentar:

Posting Komentar